Senin, 19 Desember 2011

Sociologyca # 2

Stratifikasi dan Mobilitas Sosial

    Dalam kehidupan msyarakat kita pasti masih banyak dijumpai bahwa laki-laki mempunyai hak yang lebih besar dari perempuan untuk mengenyam  pendidikan ataupun kontribusi laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam dunia pekerjaan. Selain itu, banyak anggota masyarakat yang bekerja sebagai pejabat pemerintahan lebih dihormati daripada yang bekerja sebagai petani atau buruh kasar.  Penilaian-penilaian yang berbeda itu menimbulkan suatu  pola pengelompokan masyarakat ke dalam suatu kelas-kelas social yang disebut dengan stratifikasi social atau pelapisan social. Orang  yang dihormati atau yang mempunyai status social yang tinggi di msyarakat termasuk dalam  upper class , dan yang status sosialnya dibawah termasuk lower class, sedangkan yang tidak termasuk dalam keduanya atau  masuk dalam kelas social menengah masuk dalam middle class. Adanya penggolongan kedalam kelas-kelas tersebut memicu adanya perpindahan status ke kelas yang lain.
    Selain karena adanya sesuatu yang dinilai berbeda, pada masyarakat yang sederhana atau homogen stratifikasi lebih banyak didasarkan pada jenis kelamin, senioritas, dan kekuasaan. Seperti yang telah disampaikan pada awal tadi, bahwa masih banyak dijumpai pembedaan hak antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu contoh dari bentuk stratifikasi yang didasarkan pada jenis kelamin. Dalam kehidupan sehari-hari kita diwajibkan untuk menghormati dan mendahulukan orang yang lebih tua dalam hal apapun, hal tersebut adalah salah satu contoh dari stratifikasi yang didasarkan pada senioritas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa stratifikasi yang didasarkan pada senioritas masih nampak jelas dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal bahwa orang yang lebih tua harus didahulukan berkaitan dengan norma social yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan stratifikasi social yang didasarkan pada kekuasaan salah satu contohnya adalah adanya istilah ‘kaya’ dan ‘miskin’ dalam masyarakat, termasuk perbedaan penghargaan terhadap kedua kelas social tersebut.

    Sedangkan pada masyarakat yang lebih modern atau masyakarat yang heterogen stratifikasi social lebih didasarkan pada pekerjaan atau profesi dan pendidikan, Beberapa pekerjaan dipandang lebih tinggi daripada pekerjaan lain. Juga dalam hal pendidikan, orang yang berpendidikan tinggi akan dihargai lebih tinggi daripada orang yang pendidikannya rendah.
    Selain didasarkan pada jenis kelamin, senioritas, kekuasaan, profesi, dan pendidikan, stratifikasi di masyarakat juga didasarkan pada usia, keagamaan, etnis, ras, dan ekonomi. Perbedaan hak dan kewajiban antara bangsa kulit putih dengan kulit hitam seperti saat terjadinya politik Apartheid menunjukkan terjadinya stratifikasi ras dan kebudayaan. Dimana bangsa kulit putih mempunyai hak yang lebih istimewa daripada bangsa kulit hitam yang dipandang sebagai bangsa yang terbelakang. Pada sebelum Perang Dunia II bangsa Eropa yang merupakan bangsa kulit putih dianggap sebagai lapisan masyarakat yang paling atas.
    Terdapat dua sistem stratifikasi yaitu stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukaan sistem stratifikasi tersebut diukur dari mudah-tidaknya dan sering-tidaknya seseorang dari kelas tertentu diterima oleh suatu kelas yang berbeda dimana kelas tersebut bisa kelas social yang lebih rendah ataupun yang lebih tinggi. Hal tersebut bisa dilihat jika seseorang hanya bisa menjadi anggota kelas asalnya atau dalam hal ini adalah kelas dimana ia berasal atau dilahirkan, hanya bisa menikah dengan orang yang berasal dari kelas yang sama (endogamy), dan diterima oleh kelas yang lebih rendah tetapi tidak diterima oleh kelas yang lebih tinggi itu artinya sistem stratifikasi yang ada yaitu sistem stratifikasi tertutup. Sebaliknya, jika seseorang bisa menjadi anggota kelas mana saja baik dikelas yang lebih rendah ataupun kelas yang lebih tinggi, bisa melakukan pernikahan dengan yang berasal dari kelas yang berbeda (eksogami), dan bisa diterima oleh kelas-kelas yang lain itu artinya sistem stratifikasinya terbuka. Suatu sistem stratifikasi disebut tertutup sama sekali jika setiap anggota masyarakat berada pada status yang sama dengan orang tuanya dan dinamakan terbuka sama sekali jika setiap anggota masyarakat dapat memperoleh status yang berbeda, baik itu status yang lebih tinggi ataupun yang lebih rendah dari orang tuanya.
    Perpindahan status dalam stratifikasi social merupakan suatu bentuk mobilitas social. Karena stratifikasi social merupakan pelapisan social secara vertical yang tersusun secara bertingkat atau hierarki ke dalam kelas-kelas social maka mobilitas socialnya adalah mobilitas vertical yang berkaitan dengan perpidahan status dari suatu kelas ke kelas yang lain baik yang ke kelas yang lebih rendah ataupun ke kelas yang lebih tinggi. Mobilitas social dapat mengacu  pada mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Perubahan status seseorang semasa hidupnya, misalnya status guru menjadi kepala sekolah, tukang parkir menjadi pengusaha sarana transportasi adalah contoh dari mobilitas intragenerasi. Jadi, mobilitas ini hanya terjadi pada satu generasi saja. Sedangkan mobilitas antargenerasi dialami oleh generasi yang berbeda, bisa dua generasi atau bahkan lebih  yaitu berkaitan pada perbedaan status seseorang dengan status orang tuanya. Misalnya anak seorang petani berhasil menjadi dokter atau anak seorang buruh menjadi seorang perwira.
    Pada zaman sekarang teknologi berkembang sangat pesat, setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengenal, mempelajari, bahkan mengembangkan teknologi tersebut. Kemajuan teknologi ini memudahkan siapa saja untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Teknologi juga sangat berpengaruh untuk mengubah pandangan menjadi lebih terbuka. Dari kemajuan dan manfaat teknologi bisa menimbulkan kemungkinan terjadi mobilitas ke atas baik itu intragenerasi ataupun antargenerasi. Karena teknologi tidak hanya untuk generasi masa kini tapi untuk generasi terdahulu yang mungkin tidak begitu mengenal teknologi.
    Realita kehidupan masyarakat di sekitar kita adalah tingginya tingkat kemiskinan. Seseorang tidak bisa mengenyam pendidikan karena tidak adanya biaya. Karena kemiskinan waktu dihabiskan hanya untuk bekerja, tidak ada waktu untuk sekolah. Jika mereka sekolah maka waktu bekerja yang bisa menghasilkan uang yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup akan hilang. Maka, kemiskinan dapat membatasi kesempatan seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu status social yang lebih tinggi. kemiskinan pula yang menghambat seseorang melakukan suatu mobilitas social.
    Dalam stratifikasi social sering terjadi eksploitas antara kelas yang lebih tinggi dengan kelas yang ada di bawahnya. Upper class melakukan eksploitasi kepada middle class dan middle class melakukan eksploitasi kepada lower class. Eksploitasi itu terjadi karena stratifikasi mengelompokkan masyarakat kedalam kelas-kelas social secara bertingkat sehingga tercipta kelas social yang lebih tinggi dan lebih rendah. Eksploitasi tersebut sama dengan konsep kaum borjuis yang melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar. Yang mana kaum proletar mempunyai ketergantungan terhadap kaum borjuis. Dalam kapitalisme, kaum proletar mempunyai ketergantungan terhadap kaum borjuis karena kepemilikan modal dan alat-alat produksinya. Tanpa adanya kaum borjuis kaum proletar tidak dapat bekerja dan tidak mempunyai penghasilan.
    Setiap status pasti memiliki peran. Stratifikasi dapat digunakan sebagai alat untuk memberi dorongan pada masyarakat untuk menempati status-status yang diperlukan agar kehidupan bermasyarakat bisa berjalan. Setelah status itu terisi maka akan bersedia menjalankan peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat karena sesungguhnya status itu berasal dari penilaian atau penghargaan masyarakat. Semakin penting status yang perlu ditempati maka akan semakin sedikit anggota masyarakat yang mampu untuk menempatinya, sehingga imabalannya pun juga akan semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah status yang harus ditempati maka akan semakin banyak anggota masyarakat yang mampu menempatinya karena tidak perlunya suatu ketrampilan khusus untuk melakukan peranan yang menyertai status tersebut, oleh sebab itu imbalannya juga akan semakin kecil.
    Adanya perbedaan prestige yang merupakan hasil dari penilaian masyarakt tercermin dari perbedaan gaya hidup masyarakat di sekitar kita. Salah satu perbedaan yang dapat kita jumpai adalah perbedaan gaya berbusana. Orang yang berasal dari kelas atas akan memakai baju seperti mode yang sedang berkembang di dunia Barat misalnya Amerika, Sedangkan yang berasal dari kelas menengah akan berpakaian mengikuti mode yang sedang berkembang di dalam negeri, namun bagi yang berasal dari kelas bawah akan lebih berorientasi pada mode pakaian yang ditentukan oleh grosir pakaian.
    Perbedaan itu juga bisa dilihat dari tempat tinggalnya. Orang-orang yang termasuk upper class akan banyak yang bertempat tinggal di appartement mewah, yang berasal dari middle class akan memilih bermukim di perumahan, sedangkan yang berasal dari lower class akan bertempat tinggal di perkampungan-perkampungan. Ukuran rumah, perabot rumah tangga, desain rumah, bahan baku yang digunakan juga bisa mencerminkan status social seseorang. Cerminan itu juga bisa dilihat dari gaya bicara dan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Kelompok masyarakat atas biasanya akan menyelipkan bahasa asing dalam berbicara. Zaman dahulu banyak orang Indonesia yang mengenyam pendidikan di Belanda maka sering menggunakan bahasa Belanda dalam berkomunikasi, sedangkan pada zaman sekarang sering menyelipkan bahasa Inggris saat berbicara.
    Gelar, pangkat, atau jabatan juga bisa menjadi tanda kelas social seseorang. Golongan kelas atas biasanya mempunyai gelar-gelar yang mengikuti penulisan namanya. Misalnya gelar kesarjanaan S.E. atau gelar jabatan dalam pekerjaan misalnya Brigjen. Kegiatan rekreasi dan tujuan rekreasi pun juga merupakan symbol status yang penting. Untuk yang berasal dari kelas atas lebih memilih berekreasi ke pulau lain atau bahkan keluar negeri, sedangkan yang berlibur keluar kota atau luar provinsi biasanya merupakan kelas menengah, sedangkan yang hanya di taman atau kebun binatang dalam kota biasanya berasal dari kelas bawah.
    Hobi dan kegemaran pun juga bisa menunjukkan status social seseorang. Dalam hal olahraga, ada masyarakat yang berolahraga di padang golf, di tempat pelatihan kebugaran, ada yang di lapangan kota, ada juga yang hanya di pekarangan rumah. Dalam hal music bisa dilihat, masyarakat kelas atas lebih cenderung menyukai jenis music klasik, orchestra, yang composer-komposernya berasal dari luar negeri, sedangkan masyarakat kelas menengah lebih menyukai music pop dan jazz, dan masyarakat kelas bawah lebih menyukai music-musik tradisional.
    Perbedaan gaya hidup yang timbul di kehidupan social merupakan dampak adanya stratifikasi social di masyarakat. Selain timbulnya perbedaan gaya hidup, stratifikasi social juga berpengaruh terhadap peluang hidup dan perilaku masyarakat. Peluang hidup itu bisa berupa kesempatan untuk hidup, orang yang secara financial berpenghasilan besar akan mampu berobat hingga keluar negeri sehingga kesempatan hidupnya lebih besar daripada yang tidak mampu yang hanya bisa berobat ke puskesmas setempat, juga kesempatan untuk mengenyam pendidikan, anak-anak dari lapisan atas akan dengan mudah melanjutkan sekolah dengan berbagai fasilitas dari orang tuanya, sedangkan anak-anak lapisan bawah terpaksa putus sekolah karena tidak adanya biaya. Di zaman sekarang pergaulan bebas sangat marak, diantaranya tingginya angka pengonsumsi narkoba. Perilaku ini biasanya dilakukan oleh masyarakat kelas atas, karena harga untuk mendapatkan narkoba sangat tinggi dan tidak mungkin dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah, namun, seks bebas lebih sering dilakukan oleh yang berasal dari masyarakat kelas bawah karena kurangnya pengetahuan akan bahaya seks bebas tersebut.
    Stratifikasi yang adanya sedikit banyak menciptakan perbedaan-perbedaan yang tumbuh di masyarakat. Pemerintah telah melaksakan program-program yang ditujukan untuk mengurangi perbedaan yang ada. Diantaranya pembangunan perumahan rakyat murah, pembebasan pajak untuk  yang berpenghasilan rendah, dll. Dalam masyarakat pun juga banyak dilaksanakan usaha untuk membantu anggota masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka. Beberapa ,asyarakat bahkan berusaha mengurangi perbedaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar